Hari tepat tanggal 27
Agustus 2013. UGM akan mewisuda 1717 mahasiswa tingkat strata satu. Hari itu
merupakan hari prestige, unforgettable memories, dan paling
menggembirakan bagi para wisudawan. Untuk periode wisuda Agustus 2013 ini
wisudawan yang memiliki indeks prestasi komulatif paling tinggi adalah
mahasiswa dari jurusan teknik sipil dengan IPK 4. Salah satu dari wisudawan
yang diwisuda kali itu adalah saya, Reno Gigih Febrianda, Jurusan Ilmu Hama dan
Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian. Sungguh sangat menggembirakan saya bisa
menjadi salah satu wisudawan. Setelah melaksanakan serangkaian acara wisuda
baik di kampus UGM maupun di Fakultas banyak petuah yang diberikan baik dari
Rektor UGM maupun Dekan Fakultas Pertanian, berberapa antara lain : jangan
melupakan almamater, jadilah insan yang berguna bagi masyarakat, dan menjadi
insan yang berbakti bagi nusa bangsa dan agama. Sepenggal kalimat itu mungkin
bisa menjadi dasar dalam mengarungi masa depan.
Tidak jarang kisah
bahagia diiringi rasa sedih. Hal ini juga dikarenakan untuk mulai saat ini aku
akan meninggalkan jogja dan siisinya untuk kembali ke tanah kelahiran, Lampung.
Jogja yang sudah aku kenal selama hampir 4 tahun ini, sepertinya akan sangat
sulit sekali untuk dilupakan, bagaimana saat awal aku tiba di Jogja, saat-saat
kuliah, main, dan bahkan segala makanan khas yang ada disini, serta berbagai
kebudayaan yang ada. Rasanya sangat naif kalau bisa mengatakan bahwa meninggalkan
Jogja itu biasa saja, karena Jogja itu Istimewa, semuanya istimewa, kota penuh
kenangan. Di tempat ini pula aku bisa mengenal semua kawan dari hampir seluruh
penjuru daerah di Indonesia.
Untuk yang terakhir aku
ingin katakan, bahwa ini semua tidaklah dapat terjadi tanpa bantuan bukan sekedar teman,
sahabat, sosok yang selalu ada untuk aku. Dia aku kenal tepat ketika aku sudah
hampir 2 tahun di Jogja. Dia seolah dapat menjadi sosok ibu yang selalu dapat
mengingatkan aku hal-hal kecil, mengingatkan untuk solat, makan, dan yang
paling ekstrem membangunkan aku dikala masih tertidur lelap. Dia juga bisa
menjadi sosok teman dan sahabat untuk tempatku mencurahkan segala keluh kesah
selama ini, segala perasaan. Dia juga menjadi bisa menjadi kawan petualangku
yang sangat bersedia untuk menemaniku kemana saja, entah itu jalan-jalan,
wisata kuliner, sekedar nongkrong, ataupun yang lain. Terimakasih wenny
ismayanti, atas semuanya, curahan perhatian, kobaran semangat, serta khusu’nya
doa mu yang telah membantuku, sehingga aku bisa menyelesaikan studi ini tepat
pada waktunya. Sungguh mustahil aku tidak sedih bahkan menangis untuk ini
semua, segala kenangan bersamamu selama di Jogja akan terus tersimpan. Satu hal
yang mungkin bisa aku sampaikan adalah jangan khawatir, kita akan berjumpa lagi
dilain kesempatan, ditempat yang istimewa, dihari istimewa dan tidak terlupakan
oleh kita berdua. Wenny lanjutkan perjuangan kita.
Salam reno.
No comments:
Post a Comment